Sabtu, 29 Agustus 2009

Gereja sbagai Persekutan Terbuka

Untuk Materi Kelas XI, Bab II tolong kalian download di bawah ini

modul agama kls XI

Masih Pedulikah Aku dengan Masa Depanku?

Ada sorang tukang bangunan yang selama 9 tahun hidup berkeluarga belum juga memiliki rumah sebagai tempat tinggalnya. Pada suatu ketika seorang juragan kaya meminta si tukang bangunan kepercayaannya itu untuk membuat sebuah rumah. Segala keperluan yang dibutuhkan untuk membangun rumah itu diserahkan sepenuhnya kepada si tukang. Nama tukang bangunan itu sebut saja Pak Mumpung. Pak Mumpung segera mempersiapkan semua bahan yang dibutuhkan sesuai dengan budget yang disediakan sang juragan.
Akan tetapi, demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar Pak Mumpung sengaja membeli bahan-bahan bangunan yang murah dan kualitasnya lebih rendah. Dengan bahan-bahan yang sudah dibelinya itu ia mulai membangun rumah yang dipesan juragannya itu.
Hari demi hari ia mencoba untuk membangun sebuah rumah tinggal seperti yang diminta juragannya. Dan akhirnya rumah itu pun jadi. Ia bermaksud ingin menghadap dan menyerahkan rumah itu kepada juragannya. Tetapi apa yang terjadi? Ternyata Sang Juragan justru menyerahkan kunci rumah itu kepada Pak Mumpung. "Betul, Pak Mumpung. Rumah itu memang untuk Pak Mumpung. Saya tahu Pak Mumpung sangat membutuhkan rumah tinggal. Maka saya sengaja memberikan rumah itu untuk Pak Mumpung," demikian kata Sang Juragan. Dengan hati kecewa Pak Mumpung tetap mengucapkan terima kasih kepada Juragannya itu. "Kalau saja aku tahu rumah itu akan diberikan kepadaku, tentu akan kubangun dengan bahan-bahan yang bagus dan berkualitas," gumam Pak Mumpung dalam hatinya. Tetapi semua sudah terjadi. Ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan bahan-bahan murahan.
Mungkin kisah Pak Mumpung itu juga menjadi gambaran hidup kita. Kita tidak tahu hari H kita menghadap Tuhan itu kapan. Sekarang kita masih diberi waktu dan kesempatan oleh Tuhan untuk membangun "rumah kita" di hari depan, mulai dari pondasi hingga bahan-bahan yang diperlukan agar rumah kita itu nanti benar-benar "menyelamatkan" kita. Pertanyaannya, sudahkah kita membangun pondasi yang kokoh? Apakah bahan-bahan yang kita pilih adalah bahan-bahan yang berkualitas?

Rabu, 08 Juli 2009

Tugas KD1

Tugas untuk Kelompok:
1. Kalau Anda mendengar kata/istilah gereja, apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan kata
gereja itu?
2. Mengapa Gereja setelah Konsili Vatikan II lebih menekankan pemakaian Gereja sebagai Umat
Allah dari pada model yang lain?
3. Mengapa istilah umat Allah Allah sebenarnya istilah yang lama sedangkan pahamnya
merupakan paham yang masih baru?
4. Apa yang menjadi ciri-ciri utama umat Allah, baik lama maupun baru?
5. Apa yang menjadi dasar dipakainya paham Umat Allah oleh Gereja?

Kompetensi Agama Katolik XI

MATERI KELAS X, Semester II


Kompetensi Dasar 6. Siswa mengenal kitab suci dan Tradisi sebagai tolok ukur tertinggi dari iman Gereja Katolik

6.1 Siswa mampu menjelaskan secara singkat terjadinya kitab suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Bab. 11)

6.1.1 Menganalisis surat Paulus kepada Timotius tentang peran/fungsi kitab suci (2Tim. 3: 10-17)

6.1.2 Menjelaskan secara singkat sejarah penulisan kitab suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

6.1.3 Membuat pembagian kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam sebuah bagan

6.1.4. Menguraikan pemahamannya tentang kanonisasi kitab suci (latarbelakang dan hasilnya)

6.2 Siswa mampu menunjukkan hubungan antara kitab suci dan Tradisi yang menjadi tolok ukur tertinggi iman Gereja Kato­lik (Bab. 12)

6.2.1 Menganalisis Injil Yoh. 21: 24-25 berkaitan dengan Tradisi Gereja

6.2.2 Menguraikan bermacam-macam bentuk Tradisi yang dihayati dalam Gereja

6.2.3 Menganalisis rumusan Syahadat Para Rasul sebagai salah satu bentuk Tradisi Gereja

6.2.4 Menjelaskan bahwa kitab suci bersama dengan Tradisi menjadi tolok ukur tertinggi iman Gereja

Kompetensi Dasar 7. Siswa mengenal Yesus yang datang untuk mewartakan Kerajaan Allah sehingga siswa merasa terpanggil untuk berjuang bersama Yesus

7.1 Siswa mampu menjelaskan secara singkat apa yang dimaksud Kerajaan Allah pada zaman Yesus (Bab. 13)

7.1.1 Menganalisis teks Mrk. 1:14-15 dan Rom. 14: 17 un- tuk mencari arti Kerajaan Allah

7.1.2 Menganalisis konteks masyarakat Yahudi pada zaman Yesus

7.1.3 Menguraikan beberapa paham tentang Kerajaan Allah pada zaman Yesus

7.1.4 Menjelaskan paham dan perjuangan Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah

7.2 Siswa mampu menjelaskan Yesus yang datang untuk mewar­takan dan memperjuangkan Kerajaan Allah (Bab. 14)

7.2.1 Menganalisis beberapa teks kitab suci yang mengisyaratkan bahwa kedatangan Yesus adalah untuk mewujudkan Kerajaan Allah

7.2.2 Menguraikan kaitan antara perumpamaan-perumpa­maan Yesus dan Kerajaan Allah

7.2.3 Menguraikan kaitan antara mukjizat-mukjizat Yesus dengan Kerajaan Allah

7.2.4 Menyimpulkan bagaimana Yesus mewartakan dan memperjuangkan terwujudnya Kerajaan Allah

Kompetensi Dasar 8. Siswa mengenal Yesus yang berani memberikan diri-Nya dengan menderita sengsara, wafat disalib, bangkit dan naik ke surga demi kebahagiaan manusia

8.1 Siswa mampu menjelaskan makna sengsara dan wafat Yesus sebagai tanda kasih Allah pada manusia (Bab. 15)

8.1.1 Melakukan sharing pengalaman tentang pengorbanan yang pernah dilakukan

8.1.2 Menganalisis teks Lukas 22-23 tentang kisah sengsara dan wafat Yesus

8.1.3 Menguraikan bahwa sengsara dan wafat Yesus sebagai tanda kasih Allah pada manusia

8.1.4 Menjelaskan makna sengsara dan wafat Yesus untuk kehidupan umat manusia

8.2 Siswa mampu menjelaskan arti serta makna kebangkitan Yesus dan kenaikan-Nya ke surga (Bab. 16)

8.2.1 Menganalisis paham-paham kehidupan setelah kama­tian menurut bermacam-macam pandangan

8.2.2 Menganalisis kisah kebangkitan Yesus menurut Yoh. 20: 1-18 dan 1Kor. 15: 14-19

8.2.3 Menjelaskan arti kenaikan Yesus ke surga berdasar- kan teks Luk. 24: 50-53

8.2.4 Menjelaskan makna kebangkitan Yesus dan kenaikan-Nya ke surga

Kompetensi Dasar 9. Siswa mengenal pribadi Yesus Kristus sebagai sahabat sejati dan tokoh idola, Putra Allah dan Juru Selamat

9.1 Siswa mampu menjelaskan makna Yesus sebagai sahabat sejati dan tokoh idola (Bab. 17)

9.1.1 Menganalisis pengalaman siswa tentang sahabat dan tokoh idola

9.1.2 Mensharingkan “siapa Yesus bagi dirinya”

9.1.3 Menganalisis teks Yoh. 15: 11-15 dan 1Sam. 18: 1-4 tentang sahabat yang sejati

9.1.4 Menjelaskan arti Yesus sebagai sahabat sejati dan tokoh idola

9.2 Siswa mampu menjelaskan Yesus sebagai Putera Allah dan Juru Selamat (Bab. 18)

9.2.1 Mengungkapkan pandangannya tentang Yesus sebagai Putera Allah dan Juru Selamat

9.2.2 Menganalisis teks Kis. 2: 14-40 berkaitan dengan Yesus sebagai Putera Allah dan Juru Selamat

9.2.3 Menjelaskan arti Yesus sebagai Putera Allah dan Juru Selamat

Kompetensi Dasar 10. Siswa mengenal Roh Kudus yang melahirkan, membimbing dan menghidupi Gereja dan mengenal Allah Tritunggal sebagai kebenaran iman kristen

10.1 Siswa mampu menjelaskan peranan Roh Kudus dalam kehidupan Gereja (Bab. 19)

9.1.1 Menganalisis teks Kisah Para Rasul 2: 1-13

9.1.2 Menjelaskan fungsi dan peranan Roh Kudus dalam Gereja

9.1.3 Menjelaskan bentuk-bentuk bimbingan Roh Kudus bagi orang beriman dewasa ini

9.1.4 Menjelaskan buah-buah Roh Kudus dan menje­laskan artinya

10.2 Siswa mampu merumuskan ajaran Gereja tentang Tritunggal yang Mahakudus (Bab. 20)

10.2.1 Mengungkapkan pemahaman siswa tentang Allah Tritunggal

10.2.2 Menjelaskan ajaran/dogma Gereja tentang Allah Tritunggal

10.2.3 Menjelaskan bentuk-bentuk dan arti yang menampakkan iman akan Allah Tritunggal

Gereja Umat Allah

Pembelajaran 1

Gereja sebagai Umat Allah


Kompetensi Dasar :

1. Mengkaji arti dan makna Gereja yang sebenarnya

2. Mengkaji sejarah paham Gereja sebagai Umat Allah

3. Mengkaji dasar-dasar dianutnya paham Gereja sebagai umat Allah

4. Mengkaji konsekuensi paham Gereja umat Allah bagi umat dan hirarki

1. Istilah “Gereja”

Berdasarkan pengalaman dan pembicaraan sehari-hari kita mendapati ada dua gambaran dan pemahaman mengenai Gereja, yaitu gereja sebagai tempat untuk beribadah (berupa gedung/bangunan) dan Gereja sebagai suatu persekutuan umat (kumpulan umat beriman).

Meskipun terdapat dua pengertian mengenai Gereja, dalam banyak pembi-caraan dan tulisan sebenarnya arti Gereja yang kedualah yang lebih sering dimaksudkan. Mengapa demikian?

Tentu ada alasannya mengapa istilah Gereja lebih sering dimaksudkan sebagai persekutuan umat daripada sebagai tempat. Kata Gereja dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan kata igreja dalam bahasa Portugis. Kata igreja dalam bahasa Portugis pun merupakan terjemahan kata ecclesia dalam bahasa Latin. Dan kata ecclesia itu sendiri juga merupakan terjemahan kata Yunani ekklesia. Dalam bahasa Yunani kata ekklesia bisa berarti rapat, siding, perkumpulan atau berkumpul. Dengan kata lain, kata ekklesia sebagai asal mula kata Gereja berhubungan dengan orang-orang yang berkumpul. Tetapi dalam konteks agama Kristen, orang-orang yang berkumpul itu memiliki kekhasan karena mereka dipersatukan oleh iman yang sama, yaitu iman kepada Yesus Kristus. Itulah sebabnya mengapa kata Gereja lebih sering dipahami sebagai persekutuan umat daripada sebagai tempat, meskipun dalam perkembangan selanjutnya gereja juga diartikan sebagai tempat bersekutunya orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus itu.

2. Paham “Umat Allah”

Di mana kita bisa menemukan istilah ‘Umat Allah’? Istilah umat Allah sebenarnya merupakan istilah yang sudah sangat tua. Istilah itu sudah terdapat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama (KSPL), misalnya dalam Kel. 6: 6; 33: 13; Yeh. 36: 28; Ul. 7: 6, 26: 15.

Istilah umat Allah itu kemudian diperkenalkan sebagai paham yang baru dalam Gereja, menggantikan paham yang sudah lebih dulu dianut Gereja. Paham baru Gereja sebagai Umat Allah itu mulai diperkenalkan sejak Konsili Vatikan II (1962-1965). Maka, paham itu sebenarnya merupakan paham yang masih baru.

Paham Gereja sebagai umat Allah dianggap sebagai paham yang cocok atau relevan dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Paham ini dinilai memiliki nilai historis dengan umat Allah Perjanjian Lama karena Gereja menganggap diri sebagai Israel Baru, kelanjutan dari Israel yang lama. Maka ciri-ciri Umat Allah Perjanjian Lama tersebut juga ada dalam Gereja sebagai Umat Allah yang baru, yaitu:

Umat Allah Perjanjian Lama (Israel)

Umat Allah Perjanjian Baru (Gereja)

1. Dipilih/dipanggil oleh Allah

sendiri

2. Dipanggil untuk misi tertentu

3. Mengikat perjanjian yang dime­

te­rai­kan dengan darah

4. Berada dalam perjalanan

menuju ta­nah terjanji

1. Dipilih/dipanggil oleh Allah

sendiri

2. Dipanggil untuk misi tertentu

3. Mengikat perjanjian yang dime­te­

rai­kan dengan darah

4. Berada dalam perjalanan menuju

ta­nah terjanji

3. Dasar dan Konsekuensi

Kalau Konsili Vatikan II mengubah pandangannya mengenai paham Gereja lama dan memperkenalkan suatu paham yang baru mengenai Gereja hal itu tentu memiliki dasar dan alasan yang kuat. Berikut ini adalah beberapa hal yang mendasari digunakannya paham baru Gereja sebagai Umat Allah, yaitu:

a. Hakikat Gereja sendiri adalah persaudaraan cinta kasih, sebagaimana jelas tampak dalam praktek hidup Gereja Perdana (bdk. Kis. 2: 41-47; 4: 32-37)

b. Adanya aneka macam kharisma dan karunia yang tumbuh di kalangan umat yang semestinya dipelihara dan dikembangkan untuk pelayanan dlam jemaat (bdk. 1Kor. 12: 7-10)

c. Seluruh anggota Gereja memiliki martabat yang sama sebagai satu anggota umat Allah meskipun di antara mereka terdapat fungsi yang berbeda-beda (bdk. 1Kor. 12: 12-18)

Sudah barang tentu, suatu paham yang dihayati Gereja pada suatu masa pastilah membawa serta konsekuensi dalam hidup menggereja, baik dalam kehidupan umat (awam), hirarki, maupun dalam hubungan timbale balik umat-hirarki. Apa saja konsekuensi paham Gereja Umat Allah itu?

a. Konsekuensi untuk umat (awam)

1) Umat mesti menyadari kesatuannya dengan umat yang lain (menghayati iman dalam kebersamaan)

2) Umat mesti aktif ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan hidup menggereja di lingkungan/wilayahnya dengan segala kharisma dan karunia yang dimilikinya.

b. Konsekuensi untuk hirarki

1) Hirarki mesti menyadari bahwa tugas kepemimpinan yang diembannya adalah tugas pelayanan. Mereka berada di tengah-tengah umat sebagai pelayan.

2) Hirarki semestinya memberi ruang dan tempat bagi umat untuk berperan aktif dalam ikut membangun Gereja dengan kharisma dan karunia yang mereka miliki.

c. Konsekuensi dalam hubungan Hirarki - Umat

1) Hirarki semestinya memandang umat sebagai partner kerja dalam membangun Gereja, bukan sebagai pelengkap penderita yang seolah-olah tidak berperan apa-apa.

2) Hirarki semestinya memperlakukan seluruh anggota Gereja sebagai satu umat Allah yang memiliki martabat yang sama meskipun menjalankan fungsi yang berbeda-beda.